Iman dan Hakikat yang Terkandung di Dalamnya #1
Sesungguhnya Allah telah menjelaskan bagi hamba-Nya tentang hakikat iman, yang merupakan syarat diterimanya amal. Dan akan mewujudkan apa saja yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang beriman.
Iman adalah i’tiqadun (keyakinan) dan ‘amalun (perbuatan)
Allah berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar," (QS. Al-Hujurat : 15).
Dari ayat di atas, kita bisa memahami bahwasanya iman akan benar dan diterima bila; 1) tidak tercampuri keraguan di dalamnya dan 2) disertai dengan amalan jihad lewat harta dan jiwa di jalan Allah.
Keyakinan hati belum cukup untuk diterimanya iman. Sebab iblis sungguh telah beriman kepada Allah. Iblis telah berbicara dengan lisannya sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an:
رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan," (QS. Shaad : 79).
Oleh karenanya, Allah telah menyifati setan dengan kekafiran karena kesombongan atas segala amalan yang telah Allah perintahkan kepadanya. Allah berfirman:
إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“…… kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir," (QS. Al-Baqarah : 34).
Sumber:
Kitab Iman karya Syeikh Abdul Majid Az-Zindani.
Diterjemahkan oleh:
Ust. Najih Ibrahim Hafizahullah
Staf pengajar ilmu fiqih di Pondok Pesantren Tahfizul Quran At-Taqwa Nguter.