Oleh Syeikh Ahmad Farid
Berdasarkan
sifatnya, hati dibagi menjadi tiga macam: hati yang sehat, hati yang mati, dan
hati yang sakit.
1. Hati yang Sehat
Orang-orang yang akan selamat pada hari
kiamat, ialah orang-orang yang memiliki hati yang sehat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
| إِلَّا
مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍۢ سَلِيمٍۢ
| يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌۭ وَلَا بَنُونَ
“(Yaitu)
pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang sehat,” (QS Asy-Syu’ara: 88-89).
Kata As-Saliim
sama dengan As-Saalim, yang menjadikan As-Salamah (keselamatan)
sebagai sifat yang permanen baginya. Misalnya, Al-‘Alim (Yang
Mengetahui) dan Al-Qadir (Yang Berkuasa). Ia merupakan lawan kata Al-Maridh
(yang sakit), As-Sakim (yang terjangkit penyakit), dan Al-‘Alil
(yang terkena penyakit).
Hati
yang sehat ialah hati yang selamat dari setiap syahwat yang kontradiktif dengan
perintah dan larangan Allah, serta dari setiap syubhat (kesamaran) yang
bertentangan dengan firmanNya.
Karena
itu, ia selamat dari penghambaan kepada selainNya dan dari ketetapan selain
RasulNya. Penghambaannya murni hanya untuk Allah atas dasar keinginan, cinta,
pasrah, penyerahan diri, perendahan diri, takut, mengharap rahmat Allah, dan
takut pada siksaNya.
Selain
itu, amal perbuatannya ikhlas karena Allah. Jika ia mencintai, cintanya hanya
karena Allah. Bila ia membenci, bencinya karena Allah. Bila ia memberi,
memberinya karena Allah, sedangkan bila ia tidak memberi, hal itu juga karena
Allah.
Tak
cukup sampai di sini, ia juga tidak pernah tunduk dan berhukum kepada setiap
orang yang memusuhi RasulNya. Hatinya terikat kuat untuk mengikuti Allah semata,
dan tidak mengikuti seorang pun baik dalam perkataan atau perbuatan.
2.
Hati yang Mati
Hati yang
mati ialah hati yang di dalamnya tiada kehidupan. Ia tidak mengetahui Rabbnya,
sehingga tidak menyembahNya sesuai perintah, serta tidak mencintai apa yang
dicintai dan apa yang diridhaiNya. Bahkan, ia berjalan bersama syahwat dan
kesenangan-kesenangannya, meski pun mengandung amarah dan murka dari Rabbnya.
Selama merasa senang dengan syahwatnya, ia tidak peduli apakah Rabbnya ridha
atau murka.
Ia
beribadah kepada selain Allah karena cinta, takut, mengharap, ridha, marah,
mengagungkan, dan merasa rendah. Bila cinta, cintanya karena hawa nafsunya.
Bila marah, marahnya karena nafsunya. Bila tidak memberi, hal itu karena
nafsunya. Sedangkan bila memberi, juga karena nafsunya.
Intinya,
nafsunya lebih berpengaruh baginya daripada ridha Rabbnya. Pemimpinnya adalah
nafsu, pengendalinya adalah syahwat, sopirnya adalah kebodohan, dan
kendaraannya adalah lalai. Tujuan duniawi membuatnya tenggelam, sedangkan nafsu
dan cinta dunia membuatnya mabuk kepalang.
Ia
menyeru kepada perintah Allah dan negeri akhirat dari tempat yang jauh. Ia
tidak memenuhi petuah orang yang memberi nasihat dan mengikuti setiap setan
yang durhaka. Dunia membuatnya marah dan ridha, hawa nafsu membuatnya tuli dan
buta, berkumpul dengan pemilik hati ini ialah penyakit, bergaul dengannya
adalah racun, dan duduk-duduk bersamanya adalah kebinasaan.
3.
Hati yang Sakit
Hati
yang sakit ialah hati yang hidup, tetapi terjangkit penyakit. Terkadang hatinya
condong kepada kebaikan, namun terkadang berat kepada kemaksiatan. Semua itu
terjadi ketika ia mampu mengalahkan salah satu dari keduanya.
Di dalam
hati tersebut ada cinta kepada Allah, iman kepadaNya, ikhlas untukNya, tawakkal
kepadaNya, dan itulah bahan yang menyebabkannya hidup. Namun, di dalamnya ada
pula cinta dan pengutamaan terhadap syahwat, serta ia memiliki hasrat kuat
untuk meraihnya.
Ia
sering kali iri, ujub (kagum pada diri sendiri), sombong, suka membuat
kerusakan di muka bumi, dan suka menjadi pemimpin. Itulah bahan yang
menyebabkan hatinya rusak dan hancur.
Ia diuji
dua penyeru. Pertama, penyeru yang mengajaknya kepada Allah, RasulNya, dan
kehidupan akhirat. Kedua, penyeru yang mengajaknya kepada kehidupan dunia,
dalam hal ini, ia hanya memenuhi ajakan tetangga yang paling dekat di antara
keduanya.
Hati
yang pertama hidup dan tenang, hati yang kedua kering dan mati, sementara hati
yang ketiga sakit. Ada kalanya ia lebih dekat pada keselamatan, namun ada
kalanya pula lebih dekat kepada kehancuran.