Oleh Syeikh Ahmad Farid
Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًۭا
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya,” (QS Al-Mulk: 2).
Fudhail bin Iyadh
berkata, “Maksudnya adalah yang paling ikhlas dan benar amalnya.” Orang lalu
bertanya kepadanya, “Wahai Abu Ali (nama lain Fudhail bin Iyadh), amal apa yang
paling ikhlas dan benar?” Ia pun menjawab, “Amal yang ikhlas tetapi tidak
benar, maka ia tidak akan diterima. Pun sebaliknya, jika benar tetapi tidak
ikhlas, ia juga tidak akan diterima, sampai amalan itu hanya dilakukan dengan
ikhlas dna benar. Amal yang ikhlas adalah amalan yang dikerjakan untuk Allah
semata, sedangkan benar adalah amal yang sesuai dengan sunnah.”
Fudhail bin Iyadh
pun membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَٰلِحًۭا
وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya,” (QS Al-Kahfi: 110).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًۭا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ
مُحْسِنٌۭ
“Dan siapakah
yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,” (QS An-NisaL 125).
Menyerahkan diri
artinya menyerahkan tujuan dan amal perbuatan kepada Allah. Maksud amal kebaikan
di dalam ayat tersebut adalah mengikuti Rasul Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan
sunnahnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَآءًۭ
مَّنثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan,” (QS Al-Furqan: 23).
Yaitu amal-amal yang tidak sesuai dengan sunnah atau amal-amal yang
dipersembahkan kepada selain Allah. Sebagian ulama dari kalangan salaf
mengatakan, “Sekecil apa pun perbuatan akan dipaparkan dua catatan, yaitu untuk
apa amal tersebut dan bagaimana cara pelaksanaannya. Maksudnya, untuk apa kamu
melakukannya dan bagaimana cara pelaksanaannya.”
Pertanyaan pertama berkenaan dengan alasan pelaksanaan dan motivasinya.
Apakah ia mengharapkan dunia, seperti ingin dipuji, takut dicerta orang,
menarik simpati yang disegerakan, atau untuk menolak disegerakannya hal-hal
yang ia benci? Ataukah karena wujud penghambaan, mengharap kasih sayang,
mendekatkan diri, dan memohon wasilah kepada Allah?
Inti dari pertanyaan ini adalah, apakah amal perbuatan yang kita
kerjakan ini untuk Rabb kita semata, ataukah demi memeroleh bagian kita di
dunia dan memenuhi hawa nafsu kita sendiri?
Pertanyaan kedua berkenaan dengan ketaatan kepada Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam dalam menjalankan penghambaan tersebut. Artinya, apakah amal
tersebut termasuk ke dalam amalan yang disyariatkan Allah kepada kita melalui
lisan Rasulullah atau tidak.
Pertanyaan pertama adalah tentang ikhlas, dan pertanyaan kedua adalah
tentang ketundukan kepada sunnah, karena Allah tidak akan menerima amalan tanpa
disertai keduanya.
Cara untuk lulus dari pertanyaan pertama adalah dengan memurnikan
ikhlas, dan cara untuk lulus dari pertanyaan kedua adalah dengan mengikuti
sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, serta merealisasikannya di dalam
perbuatan.