Oleh Syeikh Salim Sholih Ahmad bin Madhi
Anak-anak pada fase
pertama memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan
untuk menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti
menghafal al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah
yang benar.
Umat ini amat butuh
kepada ulama yang kuat dan dai-dai yang berpandangan luas dengan al-Quran dan
sunah. Hal ini tidak akan terwujud selain dengan menuntut ilmu sedini mungkin.
Jangan katakan hal ini sulit atau mustahil.
Di dalam Al-Adabush
Syariah (I/244), Ibnu Muflih berkata:
"Ilmu yang
didapat sejak kecil lebih kuat. Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda,
terlebih lagi mereka yang memiliki kecerdasan, penalaran dan semangat menuntut
ilmu. Janganlah menjadikan usia dini, kefakiran dan kelemahan mereka sebagai
penghalang dalam memperhatikan dan fokus pada mereka.”
Di dalam kitab Siar
A’lam An-Nubala (III/343) terekam sejarah Ibnu Abbas yang mulai menuntut ilmu
sedari dini.
Ibnu Abbas
mengisahkan,
Ketika Rasulullah ﷺ wafat, aku berkata kepada seorang anak lelaki
Anshar:
“Ayo kita bertanya
(mengumpulkan hadits) kepada para sahabat Nabi ﷺ yang sekarang jumlah mereka masih banyak.”
Anak laki-laki itu
menjawab:
“Engkau ini aneh,
wahai Ibnu Abbas, apakah engkau merasa bahwa orang-orang akan membutuhkanmu?!
Bukankah para sahabat Nabi ﷺ
masih cukup banyak seperti yang
engkau tahu!”
Aku pun
meninggalkan anak itu dan mulai menanyai para sahabat. Jika merasa akan
mendapatkan hadits dari seseorang, aku akan mendatanginya dan membentangkan
selendangku di depan pintu rumahnya, walau angin bertiup dan debu-debu
beterbangan mengenaiku.
Ketika orang itu
keluar dan melihatku, dia berkata:
“Wahai sepupu
Rasulullah, mengapa tidak engkau utus saja seseorang kepadaku dan aku akan
mendatangimu?!”
“Aku lebih berhak
mendatangimu untuk menanyaimu (menimba ilmu darinya)...” Jawabku.
Di saat yang sama, anak
lelaki itu masih tetap pada keadaannya. Ketika dia melihatku dikerumuni banyak
orang yang belajar kepadaku, dia berkata:
“Anak muda ini
lebih berakal dariku.”
Demikianlah kisah
Ibnu Abbas yang keilmuannya diakui di kalangan sahabat. Prestasi sedemikian
rupa bukanlah didapat secara instan, tetapi melalui proses yang panjang dimulai
sedari dini berkat asuhan orang tua bijak yang mengerti dan memahami arti pendidikan.
Sungguh benar
nasihat Ummu Darda,
“Pelajarilah ilmu
dari kecil, maka ketika besar engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa yang
dipetik adalah apa yang dulu ditanam,” (Siar a’lam an-Nubala XII/615).
Sumber:
Madhi, Salim Sholih
Ahmad. 2011. 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama. Riyadh:
Islamhouse
🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul Qur'an At-Taqwa
📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180
🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat
🌾🌾🌾🌾🌾
______________
👍Zakat, infak, atau sedekah Anda untuk PPTQ At-Taqwa Sukoharjo bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP Tahfizhul Qur'an At-Taqwa
📩Berlangganan tausiyah dari PPTQ At-Taqwa Nguter. Ketik "GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180
🔊Raih pahala dengan berbagi konten bermanfaat