Alkisah ada seorang ulama yang selalu shalat di baris pertama. Akan tetapi pada suatu hari, ia datang terlambat dan shalat di baris kedua. Ia merasa malu bila orang-orang melihatnya shalat di baris kedua.
Maka dari sini bisa
disimpulkan bahwa kesenangan dan ketenangan hatinya ketika shalat di baris
pertama lebih disebabkan karena pandangan manusia kepada dirinya.
Lihat, perbuatan
seperti ini sangatlah samar. Jarang sekali amalan-amalan seperti itu terlepas
dari penyakit ini, dan sedikit sekali orang yang memperhatikan masalah ini.
Hanya orang-orang yang diberi taufiq oleh Allah yang diberi kemudahan untuk
beramal secara ikhlas.
Allah ﷻ berfirman, “Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, sedangkan
mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya,” (QS Al-Kahfi:
104).
Di dalam Al-Ihya
Ulumuddin disebutkan—berdasarkan dalil-dalil dan realita, bahwa kebahagiaan
tidak akan bisa dicapai kecuali dengan ilmu dan ibadah, karena amal yang tidak
diiringi dengan niat hanyalah sia-sia, sedangkah niat yang tidak dibarengi
dengan ikhlas adalah riya.
Riya tidak jauh berbeda
dengan kemunafikan dan kedurhakaan. Ikhlas yang tidak dibarengi dengan
kejujuran dan bukti laksana debu yang berterbangan.
Allah ﷻ berfirman, “Dan
Kami hadirkan semua amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
bagaikan debu yang berterbangan,” (QS Al-Furqan: 23). Wallahu’alam bish
shawwab.
Sumber:
Farid, Ahmad. 2008.
Olahraga Hati. Solo: Aqwam. Hal.: 25-26.
====================
Zakat, infak, atau
sedekah Anda untuk Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo
bisa melalui transfer ke No. Rek (BRI): 6913-01-018205-53-4 a/n PP
Tahfizhul Qur'an At-Taqwa
Berlangganan tausiyah
dari Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Nguter, Sukoharjo . Ketik
"GABUNG" kirim via Whatsapp ke: +6285647172180
Raih pahala dengan
berbagi konten bermanfaat