Salah satu contoh ulama Muhadisah (ulama ahli hadis dari kalangan wanita), yang bukan keturunan Arab, adalah Amat Gafur binti Ishaq Al-Dihlawi.
Beliau hidup di abad ke-13 Masehi, dan berasal dari India, lebih
tepatnya kota Delhi yang kini dikenal sebagai New Delhi.
Banyak yang beranggapan bahwa ulama-ulama besar hanya berasal dari
keturunan Arab, dengan bahasa Arab sebagai bahasa ibunya. Padahal, banyak
ulama-ulama besar – termasuk yang pria – ternyata berasal dari keturunan selain
Arab.
Ada Imam Bukhari Rahimahullah yang sama sekali tidak memiliki keturunan
Arab, tetapi kitab Sahih Bukhari yang beliau tulis disepakati sebagai kitab
tersahih kedua setelah Alquran.
Pun demikian di kalangan wanita, ada Amat Gafur binti Ishaq Al-Dihlawi.
Ayahnya adalah seorang ulama tersohor di India, maka wajar jika beliau
bisa mengenyam ilmu agama baik dari ayahnya ataupun dari sahabat-sahabat
ayahnya.
Beliau belajar Hadis dan Fiqih dari ayahnya, yang kemudian beliau
menerima wewenang untuk mengajarkan kedua ilmu tersebut.
Suatu saat, beliau dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang ulama. Dan di
sinilah letak salah satu keutamaan beliau, yaitu ketika suaminya mengalami
kesulitan dalam menentukan hukum suatu perkara, beliau meminta “fatwa” dari
istrinya sendiri.
Al-Hasani berkata, “Ketika suaminya, yang merupakan seorang ulama
besar, menghadapi kesulitan dalam masalah hadis atau fiqih, beliau akan
berkonsultasi dengan istrinya dan mendapatkan banyak manfaat darinya.”
Sumber:
http://fatwa.islamweb.net/womane/nindex.php?page=readart&id=149245
Penerjemah: Irfan
Nugroho
Staf pengajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran At-Taqwa Sukoharjo