Oleh: Ust. Qosdi Ridwanullah
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
"Dan muhajir adalah siapa saja yang meninggalkan apa yang Allah larang melakukannya." (HR. Al-Bukhari)
Kemajuan teknologi informasi membawa dampak yang begitu besar kepada kehidupan manusia. Diantara dampaknya adalah kemudahan untuk berkomunikasi dan kemudahan mengakses berita.
Namun ada satu akses yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu kemudahan mengakses kemaksiatan. Mulai dari mengumbar kata rayuan di medsos, menampakkan aurat, dan seabrek tawaran kemaksiatan, dengan mudah bisa diakses seseorang di depan layar internet.
Dampak berikutnya adalah semakin banyaknya orang yang melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah. Bahkan yang nampak shalih dalam pandangan manusia, bisa menjadi penikmat kemaksiatan saat kesendirian. Dan bila kemaksiatan telah menjadi kebiasaan, bisa dipastikan kualitas ibadah dan kedekatan dengan Allah akan terganggu. Berikutnya, semangat menegakkan agama Allah dan semangat amal shalih akan pudar, berganti kerasnya hati dan kosongnya ruhiyah.
Untuk itu hendaknya setiap jiwa menghidupkan titik kesadaran dirinya agar tidak terjebak dalam hobi kemaksiatan. Rasa takut pada-Nya hendaknya dikuatkan agar tidak menjadi orang shalih di keramaian, tetapi menjadi pecandu kemaksiatan dalam kesendirian. Cukuplah peringatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi kewaspadaan kita, yaitu orang yang di hari kiamat nanti, semua amalnya menjadi hangus. Ternyata sifat mereka adalah: "Melakukan qiyamullail sebagaimana yang lain, tetapi jika bersendirian dengan yang diharamkan Allah, maka mereka menjadi penikmatnya. (Hadits Tsauban riwayat Ibnu Majah)
Setiap jiwa hendaknya berniat kuat menjadi muhajir sejati, yaitu orang yang berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan dan menghindarkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan. Wallahu musta'an.
Sumber: Majalah Taujih Edisi November 2014
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
"Dan muhajir adalah siapa saja yang meninggalkan apa yang Allah larang melakukannya." (HR. Al-Bukhari)
Kemajuan teknologi informasi membawa dampak yang begitu besar kepada kehidupan manusia. Diantara dampaknya adalah kemudahan untuk berkomunikasi dan kemudahan mengakses berita.
Namun ada satu akses yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu kemudahan mengakses kemaksiatan. Mulai dari mengumbar kata rayuan di medsos, menampakkan aurat, dan seabrek tawaran kemaksiatan, dengan mudah bisa diakses seseorang di depan layar internet.
Dampak berikutnya adalah semakin banyaknya orang yang melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah. Bahkan yang nampak shalih dalam pandangan manusia, bisa menjadi penikmat kemaksiatan saat kesendirian. Dan bila kemaksiatan telah menjadi kebiasaan, bisa dipastikan kualitas ibadah dan kedekatan dengan Allah akan terganggu. Berikutnya, semangat menegakkan agama Allah dan semangat amal shalih akan pudar, berganti kerasnya hati dan kosongnya ruhiyah.
Untuk itu hendaknya setiap jiwa menghidupkan titik kesadaran dirinya agar tidak terjebak dalam hobi kemaksiatan. Rasa takut pada-Nya hendaknya dikuatkan agar tidak menjadi orang shalih di keramaian, tetapi menjadi pecandu kemaksiatan dalam kesendirian. Cukuplah peringatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi kewaspadaan kita, yaitu orang yang di hari kiamat nanti, semua amalnya menjadi hangus. Ternyata sifat mereka adalah: "Melakukan qiyamullail sebagaimana yang lain, tetapi jika bersendirian dengan yang diharamkan Allah, maka mereka menjadi penikmatnya. (Hadits Tsauban riwayat Ibnu Majah)
Setiap jiwa hendaknya berniat kuat menjadi muhajir sejati, yaitu orang yang berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan dan menghindarkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan. Wallahu musta'an.
Sumber: Majalah Taujih Edisi November 2014