Oleh Syekh Abdullah bin Shalih Al-Basam
Dari sahabat Umar bin Khattab Radhiyallahuanhu, ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda:
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ،
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niat – dalam riwayat
lain bergantung niat-niatnya, dan seseorang akan mendapatkan balasan sesuai
dengan niatnya. Barang siapa yang biat hijrahnya karena Allah dan rasulNya,
maka hijrahnya (diterima) Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang niat
hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau seorang perempuan yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya adalah sesuai yang diniatkannya,” (HR
Bukhar: 6689 dan Muslim: 1907).
Faidah:
1. Parameter amalan adalah niat. Dilakukan dalam hati, adapun
mengucapkannya adalah bid’ah.
2. Ibnul Qayyim menuturkan, “Niat adalah tujuan dan keinginan kuat
untuk melaksanakan suatu hal, tempatnya di dalam hati.”
3. Niat adalah syarat pokok dalam beramal.
4. Berhijrah dari negeri musrik menuju negeri Islam adalah ibadah
yang paling mulia jika diniatkan karena Allah.
5. Wajib berhati-hati dari riya’, sum’ah dan beramal karena dunia.